Rabu, 02 November 2011

Pupuk Pertanian, manakah yang lebih prospek ?

Beberapa waktu lalu saya ketemu dengan sahabat karib saya, yang selama ini bekerja pada perusahaan pertanian. Dalam kesempatan tersebut, saya sempat sharing sebentar mengenai bagaimana peluang bisnis dalam produk pupuk pertanian. Apakah peluang bisnis pupuk kimia sudah tidak berpotensi, ataukah pupuk organik masih belum bisa penetrasi pasar.

Setelah berpengalaman di Perusahaan Nasional dalam bidang obat - obat pertanian selama kurang lebih 3 tahun sebagai surveyor atau petugas lapangan, akhirnya Anton Nugroho lulusan dari Univ. Pembangunan Nasional "Veteran" Jogja jurusan Pertanian ini mendirikan usaha pertanian dengan nama " Usaha Maju Bersama " didaerah Paguyangan Brebes. Di daerah tersebut banyak terdapat petani kentang dan kubis/kol, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan usaha dibidang pertanian, seperti obat - obatan, sarana produksi pertanian, dll. Walaupun sudah ada beberapa produk sarana pertanian, namun di daerah ini masih terdapat peluang yang cukup baik. Apalagi dengan

Disinggung masalah pupuk kimia yang terancam akibat maraknya peredaran pupuk organik, Anton masih bisa memberikan sebuah peluang bisnis di bidang pupuk kimia. Hal ini tak lepas dari pengamatan ia yang telah melakukan tugas ke beberapa daerah di P. Jawa.

Dalam sharingnya tersebut, ada beberapa hal yang bisa kita ambil informasinya bagi anda yang ingin terjun dalam usaha produksi pupuk ataupun distributor pupuk pertanian.

1. Saat ini di Indonesia sedang gencar - gencar melaksanakan program penggunaan pupuk organik. Namun kenyataannya dilapangan, bahwa para petani yang menggunakan pupuk organik masih sangat minim. Hanya 10% saja dari jumlah petani yang menggunakan pupuk organik, sedangkan 90% lagi masih menggunakan pupuk Kimia.

2. Berikut beberapa alasan petani tidak mau menggunakan pupuk organik :
  • Penggunaan dari pupuk organik membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Untuk mendapatkan hasilnya dari penggunaan pupuk organik, petani bisa menunggu hingga akhir masa panen. Ini dalam hal membasmi jenis penyakit tanaman ataupun masa panennya.
  • Hasil panen dari petani organik tidak bisa diserap oleh pasar seutuhnya, karena harga jual dari produk organik relatif lebih mahal dari penggunaan pupuk kimia. Sehingga hanya beberapa pasar saja yang bisa menampung hasil panen tersebut.
  • Walaupun secara analisa usahatani lebih menguntungkan petani yang menggunakan produk organik, namun petani lebih memilih kimia dengan beberapa kemudahan pemeliharaan tanaman.
3. Hanya petani besar yang menggunakan pupuk organik, karena sudah ada kejelasan pasar yang menerima hasil panenannya ( Sudah Ada Ikatan Kontrak Tertentu ). Sehingga petani besar berani untuk menggunakan pupuk organik. Sedangkan untuk petani kecil, mereka belum ada kejelasan pasar yang menerimanya, sehingga mereka belum berani untuk menggunakan pupuk organik.

4. Petani tidak mau ambil resiko dalam bertanam, apalagi jika harga produknya memiliki fluktuatif harga dipasaran. Hal ini bisa menimbulkan resiko kebangkrutan bagi petaninya.

5. Pupuk organik lebih banyak digunakan oleh petani sayuran, seperti : tomat, seledri, cabai, atau sayuran yang bertahan di dataran menengah 700-1000m diatas permukaan tanah. Untuk petani dataran tinggi, seperti petani kentang, mereka tidak mau ambil resiko dengan menggunakan pupuk organik. Alasannya karena harga jual kentang sangat fluktuatif di pasaran.

6. Kemampuan petani dalam pengelolaan pupuk organik masih banyak pembelajaran. Hal inilah yang membuat petani organik tidak sepenuhnya menggunakan pupuk organik. Sehingga penggunaan pupuk kimia masih sangat dibutuhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GuestBook